Minggu, 28 Desember 2008

udah

ternyata sudah dinilai




hahahahahahhahahahah



gak melu semesteran no.........

Minggu, 21 Desember 2008

udah

udah dinilai blo ya????????

Jumat, 19 Desember 2008

pengolahan nikel (versi 2)

Page 1




andiky.blog.friendster.com
Proses Pengolahan Nikel Menjadi FeNi Dari Bijih Laterite
Secara umum,mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral sulfidadan mineral oksida.
Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri
dan cara pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel
dari mineral oksida(Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis
yang umumnya ditemui yaitu Saprolit dan Limonit
dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol
dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan
Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai kandungan
Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade
Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore),
biasanya HGSO mempunyai kadar
Ni ≥ 2%
sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni <>
ini ada 3 macam teknologi yang digunakan untuk
mengolah bijih Nikel yaitu:
1. Electric Furnace yang menghasilkan Crude
FeNi
2. Krupp Rent yang menghasilkan Luppen (FeNi)
3. HPAL yang menghasilkan Ni, Co.
Pemilihan teknologi didasarkan pada jenis bijih dan
kebutuhan produk akhir yang diinginkan serta tidak
terlepas pula factor ekonomisnya. Dalam bahasan kali
ini, akan diuraikan proses pengolahan bijih nikel
dengan menggunakan teknologi Electric Furnace.
Pengolahan bijih nikel menjadi FeNi menggunakan
bijih Saprolit dilakukan melalui jalur Pyrometallurgy,
sedangkan pengolahan bijih Limonit biasanya
dilakukan melalui jalur Hydrometallurgy dengan
produk yang dihasikan Ni,Co. Proses pengolahan
dalam skala industri yang paling penting adalah
kontinuitas umpan baik jumlah maupun kadarnya,
diusahakan 2 hal tersebut tidak begitu fluktuatif
sehingga variabel operasi dan material dari desain
bisa ditetapkan dengan baik. Berikut contoh komposisi
untuk umpan industri yang sudah merupakan hasil
blending antara HGSO dan LGSO:
Tabel 1. Contoh Komposisi Saprolit Ore
Ni Co Fe SiO
2
CaO MgO Al
2
O
3
P
2
O
5
Cr
2
O
3
LOI SiO
2
/MgO MgO/SiO
2
Fe/Ni
Assays(%)
Index
1.84 0.04 11.04 40.62 0.21 27.8 1.34 0.26
6.02
1.15 10
1.46
0.68
Berdasarkan table 1, faktor yang paling penting
diperhatikan adalah basisitas (tingkat kebasaan)
MgO/SiO
2
atau ada juga yang mengukur berdasarkan
SiO
2
/MgO. Tingkat kebasaan ini menentukan brick/
refractory/bata tahan api yang harus digunakan di
dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka
refractory yang digunakan juga sebaiknya mempunyai
sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan
refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory
tersebut. Basisitas juga menentukan viscositas slag,
semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan
mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun
basisitas yang terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus
karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam
juga semakin besar.
Slag(Terak)
SiO
2
, CaO, MgO, Al
2
O
3
, P
2
O
5
Cr
2
O
3
O
2
Interface
2 Fe + O
2
= 2 FeO
4FeO + O
2
= 2 Fe
2
O
3
2Ni + O
2
= 2 NiO
Fe, Ni
Metal (Logam)
Gambar 1. Kesetimbangan Metal-Slag
(Ket: Slag selalu berada di atas metal karena densitynya lebih rendah)
Secara umum proses pengolahan bijih nikel jalur
pyrometallurgy dibagi dalam beberapa tahap seperti
dalam diagram berikut:
Gambar 2. Diagram alir proses
1. Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore
agar mineral berharga bisa terlepas dari bijihnya.
Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap
kominusi untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan
ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan
grinder.
2. Drying
Drying atau pengeringan dibutuhkan untuk
mengurangi kadar moisture dalam bijih. Biasanya
kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan
diturunkan dalam proses ini dengan rotary dryer
menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang
dibuat). Dalam rotary dryer ini, pengeringan
dilakukan dengan cara mengalirkan gas panas
yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal
dan marine fuel dalam Hot Air Generator (HAG)
secara Co-Current (searah) pada temperature
sampai 200
o
C.
3. Calcining
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air
kristal yang ada dalam bijih,air kristal yang biasa
dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO
2
.2H
2
O)
dan goethite (Fe
2
O
3
.H
2
O). Proses dekomposisi ini
dilakukan dalam Rotary Kiln dengan tempetatur
sampai 850
o
C menggunakan pulverized coal
secara Counter Current. Reaksi dekomposisi air
kristal yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah
sebagai berikut:
3MgO.2SiO
2
.2H
2
O = 3 MgO + 2 SiO
2
+ 2 H
2
O
Reaksi ini terjadi pada temperatur 460-650
o
C
dan tergolong reaksi endotermik. Pemanasan
lebih lanjut MgO dan SiO
2
akan membentuk
forsterite dan enstatite yang merupakan reaksi
eksotermik.
2 MgO + SiO
2
= 2MgO.SiO
2
MgO + SiO
2
= MgO.SiO2
b. Goethite
Reaksi dekomposisi dari goethite adalah
sebagai berikut:
Fe
2
O
3
.H
2
O
= Fe
2
O
3
+ H
2
O
Reaksi ini terjadi pada 260
0
C – 330
0
C dan
merupakan reaksi endotermik.
Ore
Kominusi
Drying
Calcining
Smelting
Refining
Crude FeNi
Di samping menghilangkan air kristal, pada proses
ini juga biasanya didesain sudah terjadi reaksi
reduksi dari NiO dan Fe
2
O
3
. Dalam teknologi
Krupp rent, semua reduksi dilakukan dalam rotary
kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan dalam
technology Electric Furnace, hanya sekitar 20%
NiO tereduksi secara tidak langsung dalam rotary
kiln menjadi Ni dan 80% Fe
2
O
3
menjadi FeO
sedangkan sisanya dilakukan dalam electric
furnace.
Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined
ore dengan kandungan moisture sekitar 2% dan
siap dilebur dalam electric furnace.
4. Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah
proses utama dalam rangkaian proses ini. Reaksi
reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20%
secara tidak langsung pada temperature sampai
1650
o
C. Reaksi reduksi langsung yang terjadi
adalah sebagai berikut:
NiO
(l)
+ C
(s)
= Ni
(l)
+ CO
(g)
FeO
(l)
+ C
(s)
= Fe
(l)
+ CO
(g)
Beberapa material yang mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap oksigen juga tereduksi dan menjadi
pengotor dalam logam.
SiO
2(l)
+ 2C
(s)
= Si
(l)
+ 2CO
(g)
Cr
2
O
3(l)
+ 3C
(s)
= 2Cr
(l)
+ 3CO
(g)
P
2
O
5(l)
+ 5C
(s)
= 2P
(l)
+ 5CO
(g)
3Fe
(l)
+ C
(s)
= Fe
3
C
(l)
Karbon disupplay dari Antracite (tergantung
desain), dan reaksi terjadi pada zona leleh
elektroda. CO
(g)
yang dihasilkan dari reaksi ini
ditambah dengan CO
(g)
dari reaksi boudoard
mereduksi NiO dan FeO serta Fe
2
O
3
melalui
mekanisme solid-gas reaction (reaksi tidak
langsung):
NiO
(s)
+ CO
(g)
= Ni
(s)
+ CO
2(g)
CoO
(s)
+ CO
(g)
= Co
(s)
+ CO
2(g)
FeO
(s)
+ CO
(g)
= Fe
(s)
+ CO
2(g)
Fe
2
O
3(s)
+ CO
(g)
= 2FeO
(s)
+ CO
2(g)
Oksida stabil seperti SiO
2
, Cr
2
O
3
dan P
2
O
5
tidak
tereduksi melalui reaksi tidak langsung. Sampai di
sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan proses
sudah bisa dikatakan selesai.
Yield (recovery) dari nikel pada EAF dapat
didekati seperti pada gambar berikut:
y=1, 008x
0,024
R²=0,917
y =0, 966x
0,034
R²=0,957
93%
94%
95%
96%
97%
98%
99%
100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
N
i
y
i
e
ld
(
%
)
Fe yield(%)
theoretical
actual
Gambar 3. Hubungan antara Fe yield dan Ni yield dalam EAF
Gambar 4. Hubungan antara Fe yield dan %Ni dalam Crude FeNi
Gambar 5. Diagram fasa biner Fe-Ni
Pada daerah interface (antar muka) Slag-Metal
terjadi kesetimbangan sebagai berikut:
Si
(l)
+ 2FeO
(l)
= 2Fe
(l)
+ SiO
2(l)
Si
(l)
+ 2NiO
(l)
= 2Ni
(l)
+ SiO
2(l)
NiO
(slag)
+ Fe
(metal)
= Ni
(metal)
+ FeO
(slag)
Sekali lagi basisitas sangat penting dalam kondisi
ini, sebagai contoh proses yang didesain dengan
basisitas 0,68 maka:
68
.0
SiO
MgO
2
MgO = 0.68SiO
2
MgO + SiO
2
= 100%
0.68SiO
2
+ SiO
2
= 100%
1.68SiO
2
= 100% 
SiO
2
= 59.5% dan MgO = 40.5%
Korelasi antara slag melting point pada SiO
2
59.5% dan MgO 40.5% diilustrasikan oleh diagram
terner FeO-MgO-SiO
2
dalam gambar 6 (diambil
dari Slag Atlas, Verlagstahleisen, M.B.H.,
Duesseldorf, 1981 and I.J. Reinecke and H.
Lagendikj, INFACON XI Conference Proceeding,
2007).
Gambar 6. Diagram terner FeO-MgO-SiO
2
yang menunjukkan
hubungan antara slag melting point dan slag basicity of 0.68 &
0.5 untuk FeO 6% & 10%
5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah
menghilangkan/memperkecil kandungan sulfur
dalam crude Fe-Ni dan sering disebut
Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan
dengan kebutuhan proses lanjutan yaitu
digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk
pembuatan Baja dimana baja yang bagus harus
mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan
kandungan Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar
0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak
diturunkan maka pada proses pembuatan baja
membutuhkan kerja keras untuk menurunkan
kandungan sulfur ini.
Proses ini dilakukan pada ladle furnace dengan
agent sebagai berikut:
Tabel 2. Agent Untuk desulfurisasi
(%)
Material
CaC
2
CaO
CaF
2
SiO
2
MgO
Al
2
O
3
Na
2
CO
3
Carbide
79.00
11.20
3.02
2.90
0.35
0.71
-
Soda
Ash
-
-
-
-
-
-
99.00
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
CaC
2 (S)
+ S = CaS
(S)
+ 2C
(Sat)
Na
2
CO
3
+ S + Si = Na
2
S + (SiO
2
) + CO
Na
2
Co
3
+ SiO
2
= Na
2
O . SiO
2
+ CO
2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga
tidak membutuhkan pemanasan lagi pasca
smelting.
Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya
proses ini masih dalam bagian refining hanya
untuk membedakan antara menurunkan sulfida
dengan menurunkan pengotor lain seperti Si, P,
Cr dan C sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan
prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan
oksidasi dari oksigen.
Si
(l)
+ O
2 (g)
= SiO
2 (l)
↔ SiO
2 (l)
+ CaO
(l)
= CaO . SiO
2 (l)
Cr
(l)
+ 5O
2 (g)
= 2Cr
2
O
3 (l)
4P
(l)
+ 5O
2 (g)
= 2P
2
O
5 (l)
↔CaO
(l)
+P
2
O
5 (l)
= CaO. P
2
O
5 (l)
C
(l)
+ ½ O
2 (g)
= CO
(g)
C
(l)
+ O
2 (g)
= CO
2 (g)
Tabel 3. Contoh Komposisi Crude Fe-Ni yang dihasilkan
Chemical Composition (%)
Ni
Co
C
Si
P
S
Cr
Fe
De-S
Fe-Ni
20.5
3
0.3
0
1.5
2
1.
7
8
0.0
25
0.01
5
0.6
9
balan
ce
LC Fe-Ni
> 20
0.3
0
0.0
2
0.
3
0.0
2
0.03
0
0.3
balan